Operasi Rising Lion: Di Balik Serangan Israel ke Jantung Iran

Share

Oleh: Tim Investigasi | 13 Juni 2025

Internasional – Serangan udara besar-besaran yang dilancarkan Israel terhadap Iran pada Jumat dini hari telah memicu gejolak internasional. Dengan dalih menghentikan pengembangan program nuklir Iran, operasi militer berskala besar ini berhasil menghantam berbagai lokasi strategis, termasuk fasilitas pengayaan uranium dan pusat-pusat pertahanan utama.

Namun investigasi lebih lanjut menunjukkan bahwa serangan ini bukan sekadar respons militer terhadap ancaman nuklir, melainkan bagian dari strategi jangka panjang yang melibatkan berbagai aspek intelijen, sabotase internal, dan tekanan geopolitik yang telah dipersiapkan sejak lama.

Target Serangan: Bukan Hanya Fasilitas Nuklir

Meskipun narasi awal menyebutkan bahwa sasaran utama adalah fasilitas nuklir, sebagian besar lokasi yang terdampak berada di jantung kota, termasuk permukiman padat penduduk dan area administratif. Ini menunjukkan bahwa operasi tersebut tidak hanya berfokus pada infrastruktur militer, melainkan juga ingin mengguncang kestabilan internal secara psikologis dan politis.

Ledakan yang terjadi di beberapa titik Teheran tidak semuanya berdekatan dengan lokasi pengayaan uranium. Hal ini mengindikasikan bahwa cakupan serangan mencakup objek-objek lain yang tidak diumumkan secara terbuka, kemungkinan termasuk pusat data pertahanan, gudang rudal, dan komunikasi strategis.

Dimensi Rahasia: Operasi Dalam Negeri

Berdasarkan data intelijen yang diperoleh dari berbagai sumber, serangan ini didahului oleh aktivitas rahasia yang cukup intensif selama beberapa bulan terakhir. Berbagai dugaan mengarah pada keberadaan operasi internal yang merusak sistem pertahanan udara serta mengganggu jalur komunikasi militer.

Sebelum serangan berlangsung, sistem radar di beberapa wilayah dilaporkan lumpuh, dan pertahanan rudal Iran gagal merespons secara optimal. Fakta ini memperkuat dugaan adanya infiltrasi atau manipulasi sistem dari dalam, yang mempermudah masuknya rudal dan drone ke wilayah sensitif tanpa terdeteksi.

Eliminasi Tokoh Strategis

Beberapa laporan menyebutkan bahwa serangan juga menewaskan sejumlah tokoh penting dalam struktur pertahanan dan program nuklir Iran. Kematian mereka bukan sekadar kerugian personel, tetapi mengindikasikan bahwa sasaran serangan dirancang secara presisi untuk melemahkan kepemimpinan strategis negara tersebut.

Korban dari kalangan militer berpangkat tinggi serta ilmuwan yang terlibat dalam pengembangan teknologi canggih, menunjukkan bahwa tujuan serangan meluas ke arah penghancuran sumber daya manusia kunci. Ini bisa dibaca sebagai langkah sistematis untuk menghambat pengembangan teknologi dalam jangka panjang.

Kematian Hossein Salami: Serangan Militer atau Eksekusi Terbuka?

Salah satu tokoh paling kuat di Iran, Komandan Garda Revolusi Iran Hossein Salami, dilaporkan tewas dalam serangan tersebut. Keberhasilan Israel menyasar tokoh sekelas Salami—yang biasanya dilindungi dengan keamanan berlapis—menimbulkan pertanyaan: apakah ada kebocoran internal atau pengkhianatan?

Laporan dari sumber anonim menyebutkan bahwa pergerakan Salami dilacak selama lebih dari dua minggu sebelum serangan, dan kemungkinan dibantu oleh informan internal. Kematian dua ilmuwan nuklir terkemuka yang bersamanya memperkuat dugaan bahwa target Israel bukan hanya fasilitas nuklir, tetapi juga arsitek utama program nuklir dan pertahanan Iran.

Dimensi Regional: Ketegangan di Tengah Kepungan

Setelah serangan, sejumlah negara di kawasan langsung mengambil langkah antisipatif. Penutupan ruang udara di negara tetangga Iran, serta pembekuan sementara rute penerbangan internasional di Teheran, merupakan sinyal bahwa risiko meluasnya konflik sangat tinggi. Selain itu, status siaga penuh yang diberlakukan di Israel mengindikasikan bahwa pihak penyerang telah mempersiapkan diri menghadapi kemungkinan serangan balasan dari berbagai arah.

Aktivitas militer juga meningkat di perbatasan utara dan selatan, serta di wilayah-wilayah yang dikenal sebagai basis kelompok proksi yang memiliki afiliasi dengan Iran. Situasi ini menempatkan kawasan Timur Tengah dalam potensi eskalasi horizontal, dengan konflik yang bisa meluas ke lebih dari dua negara.

Isolasi Iran dan Narasi Global

Di sisi lain, negara-negara besar secara diplomatik cenderung menjaga jarak. Pernyataan resmi yang menyebut tidak terlibat dan meminta semua pihak menahan diri, menunjukkan kehati-hatian dalam membaca arah konflik. Meski begitu, reaksi lambat terhadap pelanggaran ruang udara dan serangan ke wilayah kedaulatan sebuah negara memperlihatkan adanya pembiaran terselubung dari komunitas internasional.

Narasi yang dibangun pasca serangan seolah menyetujui tindakan militer sebagai bentuk pencegahan. Hal ini menimbulkan pertanyaan serius terkait standar ganda dalam hukum internasional dan legitimasi tindakan sepihak yang berisiko menimbulkan perang regional terbuka.

Kesimpulan Sementara: Operasi Militer atau Taktik Destabilisasi?

Serangan Israel ke Iran bukan hanya serangan militer, tetapi bagian dari strategi yang melibatkan campuran operasi udara, infiltrasi intelijen, manipulasi sistem pertahanan, serta kampanye diplomatik dan informasi. Tujuannya tidak semata-mata untuk menghancurkan fasilitas nuklir, tetapi juga untuk menciptakan efek gentar, mengganggu stabilitas internal, dan melemahkan posisi Iran di tengah ketegangan global.

Dengan meningkatnya eskalasi dan belum adanya jalur diplomatik yang terbuka, kawasan ini tengah berada di titik kritis yang bisa memicu konflik terbuka yang jauh lebih luas dan lebih berbahaya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *